“I
Hate Alone,”
Itu yang kau katakan
padaku, sehari yang lalu, sebulan yang lalu, setahun yang lalu, dan entah
berapa banyak waktu yang kulalui hanya dengan mendengar keluhanmu itu.
Musim saja bisa
berganti. Matahari saja tak pernah berdiri di satu tempat. Bahkan Senja yang indah
dengan warna merahnya saja bisa berubah menjadi malam yang hitam pekat. Lantas,
kenapa hatimu masih abu-abu?
“Sebenarnya aku sangat
kesepian.”
Lagi-lagi, kalimat bernada
sama itu yang kau ucapkan. Kenapa tak kau ubah saja kalimat itu menjadi, “maukah
kau menemaniku? Di malam temaram tanpa bintang ini?”
Dengan begitu, kita
berdua, aku dan kau tak akan kesepian lagi. Kita bisa berbicara tentang
kebencian kita yang hidup sendirian di dunia yang ramai ini, sembari tiduran
diatas bulan sabit dan memetik bintang di langit malam.
#FiksiLaguku 123 kata, done! Terinspirasi dari lagu Mayonaka no Orchestra – Aqua Times.
“Anak
Kecil Pilek yang Memandang Bintang,”
Dengan hidung yang
berulangkali menarik nafas agar ingusnya tidak turun, ia duduk di bangku taman
sambil menatap bintang.
“Kamu pilek kan? Kenapa berada di luar semalam ini?”
“Kakak sendiri? Kenapa
memetik gitar tengah malam? Siapa yang mau ngasih uang receh? Hantu?” Ucapnya
ketus.
“Aku hanya mencari
waktu yang tepat untuk melihat bintang. Kau sendiri? Apa kau suka bintang?”
“Tidak. Aku memandang
bintang, hanya supaya ingusku tidak keluar.”
Benar juga. Dengan
mendongak menatap bintang, kau bisa menahan agar ingusmu tidak keluar. Tapi,
benarkah ingus yang tengah kau tahan?
Karena disana, aku
melihat air mata yang menggenang di wajah tirus yang mendongak itu. Kenapa? Apa
kau tengah melarikan diri dari orangtuamu? Seperti yang kulakukan 10 tahun yang
lalu? Atau…
Kau adalah imajinasi
dari diriku sendiri.
Another
story that inspired by AQUA TIMES – Mayonaka no Orchestra. #FiksiLaguku 123 words. Done!
PS : Maaf kalau jorok..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar